Yang Ini Beda.

"Karena hidup adalah perjalanan dari satu patah hati 
ke patah hati lainnya." 
Raditya Dika (Kalo gak salah) 



Ada salah seorang teman gue yang pernah bilang, "Lun, wajar kalo kali ini lo ngerasa sakit banget. Karena ini adalah patah hati pertama lo." 

    Gue, yang hampir gila karena putus, langsung menggeleng tidak setuju. Ini bukan patah hati pertama gue. Waktu gue SD gue pernah patah hati karena ditolak cewek kelas sebelah dan surat cinta yang sudah gue buat untuk dia akhirnya gue robek-robek. Waktu SD gue juga pernah diputusin sama pacar  karena gue dengan sotoy-nya bikinin dia Facebook. Sisanya, bisa dibaca di blog ini. Gue pernah patah hati karena tokoh yang gue namain Merah, Biru, dan Ungu. Dari pengalaman-pengalaman ini, gue bisa jamin seratus persen kalau yang namanya patah hati, entah yang ke berapa kali, akan selalu sama rasanya, pahit-pahit tai kucing. Meskipun begitu, gue juga harus mengakui kalau patah hati kali ini memang rasanya berbeda

   Sebelum Grey gue memang pernah punya pacar, tapi waktu itu gue masih kelas 5 SD, masih blo'on dan gak tau apa-apa. Gue juga memang pernah suka sama cewek-cewek lain, tapi pasti bertepuk sebelah tangan. Grey adalah cewek pertama, yang mungkin khilaf, mau pacaran sama gue.  Patah hati kali ini rasanya berbeda karena memang gue dan Grey, pada masanya, benar-benar ada untuk satu sama lain. Gue selalu support dia dan dia juga selalu support gue. Dia nonton gue waktu tampil ngeband di fakultas gue dan gue juga nonton waktu dia jadi pemusik buat fakultasnya di suatu lomba universitas kita. Ya, universitas kita. Gue dan Grey ada di satu universitas yang sama. Di akhir masa SMA, gue dan Grey berjuang, belajar bareng-bareng, sampe akhirnya bisa masuk di universitas yang sama. 

   Gue selalu tersenyum ketika mengingat surat-surat yang pernah dia kirim ke gue. Dia yang cenderung selalu jaga image tiba-tiba bisa romantis di surat-surat yang merupakan balasan dari surat yang gue bikin. 

   Motor gue gembel. Injakan kaki penumpang sebelah kanan motor gue kadang suka macet kalo mau diturunin. Dulu, ketika gue dan Grey masih pacaran, gue selalu bilang, "Bentar ya, ini motor gembel emang." sebelum menurunkan injakan kaki penumpang itu dengan tangan gue sendiri. Jujur, gue kangen nurunin injakan kaki penumpang sebelah kanan di motor gue itu dengan Grey yang menunggu dengan sabar di jok belakang. 

    Patah hati kali ini tidak lebih sakit daripada yang biasanya. Tapi memang yang ini berbeda. Jelas. Grey adalah orang yang pernah menyumbang arti di hidup gue. Sepahit apapun kenyataanya, dia berharga. Dan gue tidak akan pernah melupakan orang-orang yang berharga di hidup gue. Gue tidak akan pernah melupakan cewek yang nolak gue waktu kelas 2 SD nolak gue. Pun, gue tidak melupakan mantan gue pas kelas 5 SD, Merah, Biru, atau pun Ungu. Lebih dalem lagi, gue gak akan melupakan temen-temen SD, SMP, ataupun SMA gue. Gue juga tidak pernah melupakan Pak Buyung dan anak kecil di kereta (ceritanya pernah gue tulis di blog ini).  Mereka semua pernah menaruh arti dalam hidup gue. Begitu juga Grey. Dia pernah menaruh arti dalam hidup gue. 

    Tidak. Pada saat menulis ini gue belum move on. Bahkan di malam sebelum gue menulis ini Grey sempet muncul di mimpi gue. Dia terlalu berharga untuk dilupakan secepat itu. Gue menulis postingan ini semata-mata untuk mengingatkan diri gue sendiri dan siapapun yang baca blog ini kalo hidup itu adalah perjalanan dari satu patah hati ke patah hati lain. Bahwa hidup tidak akan pernah lepas dari rasa sakit, masalah, ataupun tai-tai kucing lainnya yang terasa pahit. Dan kalo boleh mengutip kata-kata Mark Ronson, bahwa tidak seorang pun dapat melalui kehidupan tanpa membawa bekas luka di pintu keluar. Justru dengan luka itu kita belajar. Belajar bahwa manusia dengan segala tai-tai-an nya akan selalu sakit dan menyakiti. 

    Dengan luka yang pernah gue dapet dari orang-orang yang udah gue sebut tadi di atas, gue bisa seperti sekarang. Gue pernah kurus gara-gara ditolak cewek. Gue pernah belajar musik mati-matian sampe akhirnya bisa main musik juga karena ditolak cewek. Gue jadi berminat belajar sastra juga gara-gara patah hati karena cewek. Artinya, gue juga akan belajar dan mendapat sesuatu dari patah hati yang berbeda ini. Sooner or later