Deus Ex Machina

Deux Ex Machina adalah istilah di dalam sebuah penceritaan drama untuk menggambarkan kejadian dimana suatu kekuatan misterius menyelamatkan si karakter utama dari sebuah kejadian atau keadaan yang sudah tidak bisa di selamatkan. Kekuatan ini sangat tidak logis, dan kemunculannya selalu menjadikan sebuah tanda tanya.

Tidak ada yang bisa menyetop atau memprediksi datangnya kekuatan ini.
               
Termasuk gua. 



Setelah menjauh dari Ungu beberapa waktu yang lalu, gua sempat tidak percaya soal hal-hal yang berbau cinta. Cinta itu bullshit. Gua bahkan berpikiran bahwa mungkin, kalau cinta itu nyata gua bukanlah orang yang diciptakan untuk menrasakannya.
               
Di saat itulah, Grey datang.
               
Ya, kali ini namanya Grey. Masa iya mau gua kasih nama abu-abu. Enakan Grey
               
Grey adalah seorang cewek paling berintegritas yang pernah gua liat. Semenjak kelas 11, gua sebenernya sudah menaruh rasa penasaran. Dia cantik, berambut pendek, dan yang paling gua suka dia adalah seorang yang memiliki pandangan ke depan serta pembawaannya juga  luwes.
               
-
“Lun, ini kita tampil abis ini!”
               
Gua cuman bengong sambil sesekali melihat ke handphone gua, “Yaudah yuk siap-siap.”
               
Gua menaiki panggung dan memainkan beberapa lagu dengan ekspresi datar. Sebenarnya pada saat ini gua mengharapkan datangnya seorang perempuan yang sudah janji datang. Tapi seperti layaknya anak SMA di tahun terakhir, tempat lesnya secara tiba-tiba mengadakan sebuah tambahan yang mau tidak mau harus dia ikuti.
               
Setelah tampil, gua langsung kembali ke lantai atas dan bersandar di balkon sembari melihat ke panggung yang ramai. Mata gua menyisir barisan penonton. Ternyata cukup banyak orang yang hadir di acara Pensi External SMA gua ini. Mulai dari remaja 2 tahun di bawah gua, sampai remaja seusia gua pun ada, yaitu anak kelas 10 sampai anak kelas 12 sekolah gua. Maklum, ini adalah pensi pertama kita.
               
Gua melihat ke langit yang mulai mendung. Sesekali gua tersenyum, inget soal perjanjian dengan hujan, yang mana kalo hujan turun berarti Ungu sudah bahagia. Mata gua kembali menyisir ke bawah, saat ini para panitia mulai ribet sendiri karena hujan yang sudah mau mengguyur. Disitulah mata gua melihat seorang perempuan memakai baju yang desainnya hampir mirip dengan baju para penggemar Younglex melambai-lambaikan tangannya ke arah gua, itu adalah Grey. Langsung gua membalas lambaian tangannya seolah-olah memanggil Grey, “Sini!”


Gua dan Grey berdiri bersamping-sampingan di balkon atas. Mata kita sama sama mengarah ke panggung yang ada di bawah. Banyak sekali hari itu yang masuk ke dalam bahan pembicaraan kami berdua.
       
Mulai dari Guest Star yang masih remaja unyu, DJ yang menurut dia ‘Lumayan’ sampe teman teman kita semua yang dengan awkward berjoget ria di depan panggung sambil mengikuti irama lagu. Lalu akhirnya mulai ke pembicaraan soal pribadi masing-masing. Mulai dari gua yang suka banget sama seblak, sampe abang-abang seblak Gang 100 yang udah kenal sama gua.
       
Saking asik dan nyambungnya ngobrol dengan Grey, kita pun akhinya sampai di akhir acara. Semua orang mulai siap-siap pulang, begitu pun gua dan dia. Gua pergi buat main sama temen-temen lama yang baru ketemu lagi di acara itu, sedangkan dia langsung pulang ke rumahnya.
       
Di hari itulah, gua dan dia sama-sama tau di hati masing-masing.  
       
Kalo kita suka satu sama lain.
       
Di akhir hari itu pula lah gua tau kalo Grey adalah Deus ex Machina, kekuatan misterius yang menyelamatkan gua dari sikap skeptis gua soal cinta.
       
Love, should be as simple as that.

Setelah dipikir lagi memang seharusnya sesederhana itu.
Cinta tiada harus  payah, tetapi sesederhana itu.
Sesederhana dua pasang mata yang bertemu
sampai dipisah hari, dan berlalu
yang ini untuk Grey, selalu.